Minggu, 16 Februari 2014
Pukul 7.30
Mendadak menjadi hari yang paling memukul buat ku, setelah lebaran dan saya tidak pernah pulang ke Mojokerto, akhirnya hari itu dengan penuh rasa yang berkecamuk saya pulang, berkendara dengan sangat pelannya hingga membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya.
Dirumah dan dalam perjalanan mendadak seakan2 sunyi sekali seperti berkendara di lokasi yang terpencil dan sangat sepi, sedang hari itu jalan menuju rumah sedang ramai ramai nya.
Entah apa yang saya fikir kan, entah apa yang terbayangkan. Tak pernah menyangka beliau pergi begitu cepat sebelum sempat memeluk bayi yang sedang dalan kandunganku.
Bapak Yan begitu kami memanggilnya, sosok yang begitu kami sayangi, sosok yang sangat berharga bagi bapakku. Beliau dan Mak Muslichah adalah sepasang "malaikat" bagi bapak. Mereka tidak memiliki anak kandung dan merawat bapak sedari kecil hingga di akhir hayat.
Beliau juga dulu yang mendorong ku untuk menyegerakan menikah walaupun saya belum punya pasangan, beliau pula yang setiap aku pulang aku cium dan peluk. Beliau juga yang segan dirawat oleh kami karena dirumah sudah ada nenek dari pihak ibu. Beliau yang sejak 2004 ditinggal mak Mus tetap setia dirumah kecilnya mau mau diboyong kemanapun "anaknya" menetap.
Sehingga saat mengetahui kematiannya yang begitu menyakitkan ku, semacam menyalahkan diri sendiri seandainya, anak angkat keduanya seperti ini, seandanyai beliau mau tinggal bersama kami, seandainya A seandanyai B yang membuat ku semakin bersalah.,,, dan terus menerus menangis tanpa henti.
Lalu..,,
"Apakah sampean bisa jamin kalau bapak tinggal sama kita bapak masih tetap hidup"
Suara itu menyadarkan ku bahwa tiada satu debupun yang sanggup melawan takdir yang telah ditetapkan oleh Nya
Selamat tinggal bapak Yan, semoga luas jalanmu,.. semoga saya segera ikhlas,,,,
I Always Loving loving you
Komentar
Posting Komentar